Muhammad Rofiul Alim
(Praktisi Pendidikan, Sejarawan, dan Penulis Buku)
Pendidikan mampu melahirkan kebaikan dan sudah tentu perlu dijaga dengan baik. Kebaikkan-kebaikkan tersebut perlulah diperjuangkan secara baik untuk melahirkan kebijaksanaan bukan sekedar kesuksesan penuh keserakahan. Pendidikan jangan sampai mati dan tak ada motivasi, mulai bergerak dengan sepenuh hati untuk Indonesia esok nanti. Digitalisasi menjadi identitas dari revolusi industri abad ini, yang masuk dalam berbagai sendi. Dunia pendidikan dan teknologi tentu tidak bisa dipisahkan bagai sepasang sepatu yang beriringan. Menghadirkan multiliterasi dengan pemanfaatan teknologi informasi menjadi salah satu pilihan untuk tetap memposisikan pendidikan pada jalur eksistensi. Berbagai inovasi terlahir sebagai solusi dengan menawarkan keunggulan-keunggulan tersendiri. Konsep multiliterasi pada pendidikan menghadirkan proses belajar pembelajaran untuk mewadahi semua potensi. Multiliterasi diharapkan menciptakan joylearning sehingga tidak membuat siswa lari dan merasa ngeri sampai terbawa mimpi. Menghadirkan mutiliterasi diharapkan menjadikan seorang berfikir moderat dan berkemajuan. Moderasi berasal dari bahasa latin moderatio berarti sedang, tidak berlebihan, tidak kurang. Moderasi sendiri dimaknai sebagai sikap menghindari kekerasan atau keestreaman. Kemampuan literasi mendalam dan luas (multiliterasi) memiliki pengaruh terhadap cara pandang dan pilihan bersikap.
Pendidikan memiliki peran menjawab dan mempersiapkan perubahan tantangan zaman. Multiliterasi dinilai mampu memberi bekal kepada kita terhadap perubahan-perubahan yang sangat cepat bahkan hal yang tidak diprediksi. Pembelajaran multiliterasi yang terdiri dari multi strategi, multi metode, multi pendekatan, multimedia pembelajaran, dan multi sumber belajar diharapkan menghadirkan makna merdeka belajar pada diri siswa. Multiliterasi diharapkan mendorong terjadinya transformasi belajar pembelajaran yang sistematis, praktis dan menghadirkan literasi baru sejalan dengan conceptual understanding, critical thinking, creative thinking, and collaboration and communication. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagian dari karakteristik revolusi itu sendiri. Hakikatnya proses belajar pembelajaran tidak dapat dibatasi atau membatasi manusia dalam mempertanyakan dan mencari jawaban atas pertanyaannya. Namun diperlukan multiliterasi sebagai self-control dan menghindari pemahaman kurang tepat.
Menghadirkan multiliterasi juga perlu memperhatikan aspek intelegensi siswa, gaya belajar, konteks, budaya dan teknologi. Multiliterasi sudah semestinya menjadi salah satu identitas madrasah era society 5.0 untuk menciptakan generasi yang inovatif, moderat, mandiri dan berprestasi.